Pada akhir juni lalu kami ambalan Dharmawangsa-Srikandi mengadakan perkemahan sekaligus mendaki ke Gunung Abang, yaitu sebuah gunung tak berapi yang terletak di perbatasan Bangli-Karangasem, Bali, Indonesia. Pada pendakian kali ini, diikuti oleh 35 orang penegak termasuk alumni dan guru-guru Pembina SMA Negeri 1 Gianyar yang juga ikut memeriahkan acara perkemahan yang berlangsung selama 3 hari ini. Juga dimeriahkan oleh Kak Gede Martika dari pembantu pembina. Kami berangkat dari sekolah Dosman tercinta pada tanggal 23 Juni 2010, pada pagi hari. Hari itu kami berangkat pukul 9.00 WITA dari sekolah meninggalkan kota Gianyar dengan memakai bus tanpa atap alias “truk”. Kami “mendarat” di jaba Pura di kaki gunung. Sesampainya disana kami semua langsung mengadakan upacara pembukaan yang diikuti oleh semua peserta pendakian. Sore harinya dengan semangat gotong-royong kami mendirikan tenda untuk tempat berteduh dari dingin serta hujan di daerah pegunungan itu.
Tak terpikir disana kami harus memasak sendiri, mencari air untuk minum di alam bebas, kami tidak lagi boleh bermanja-manja seperti di rumah yang hangat. Sungguh sebuah pengalaman yang akan sulit untuk dilupakan. Hal yang tak pernah angkatan kami alami sebelumnya yaitu dinginnya suasana gunung, “Brrrr...” dinginnya merasuk hingga ke tulang. Namun hangatnya kebersamaan waktu itu tak terkalahkan oleh dinginnya suasana. Apalagi ditambah dengan anggota-anggota kami yang “buduh” dan kocak membuat suasana malam berbeda dari biasanya. Sebagai umat beragama kami selalu mengingatkan diri untuk sembahyang sebelum dan sesudah kegiatan. Makanan yang hanya Mie + Nasi menjadi sangat lezat waktu itu.
Kisah yang paling fantastis adalah saat kami berangkat dari kaki gunung menuju ke puncak tertinggi dari Gunung Abang. Di sana ada tiga puncak yang harus kami lewati untuk menaklukan sang gunung. Kami berencana pergi jam 5.00 WITA namun karena keadaan cuaca, Guide menyarankan kami berangkat jam 7.30 WITA. Seperti biasa kami berdoa dan sarapan terlebih dahulu sebelum “berperang”. Ceritanya berawal dari sini, diawal perjalanan kami semua sangat bersemangat, semua membawa persiapan yang berbeda-beda mulai dari minuman, makanan ringan hingga kacang dan permen. Kami tak tahu medan yang akan kami lalui karena angkatan kami ini mendaki untuk yang pertama kalinya di Gunung Abang. Namun tidak semuanya ikut, Kak Gede dan beberapa lainnya tidak ikut karena alasan "tidak boleh".
Memulai langkah demi langkah, jalan setapak yang tak tahu kapan akan berakhir kami lewati semua. Untunglah disana ada Guide lokal yang menuntun kami dengan setia. Daerah hutan yang begitu rimbun dengan pohon-pohon besar yang kokoh, seakan menjadi suatu medan misterius dalam perjalanan kami. Akan tetapi cuaca yang mendung saat itu seakan tak bersahabat, karena suhu disana menjadi makin dingin. Uap air pun mengembun tiada henti membuat kami harus melintasi medan yang basah. Tetapi walau medannya memburuk, tetapi semangat kami bersama menjadi payung harapan kami. Canda tawa menghiasi perjalanan panjang itu. Bahkan ada juga yang narsis-narsisan foto-fotoan di tengah jalan.
Setelah kaki gunung berhasil kami lewati, tibalah kami mendaki badan gunung yang juga adalah hutan belantara. Karena adanya embun, medan menjadi basah dan sekaligus licin, dan tambah buruknya lagi beberapa dari kami mulai merasakan kram akibat kedinginan di sekujur tubuhnya. Hal ini tidak membuat kami panic, Pak Suwita selaku pembina dan Pak Surata sebagai pendamping segera memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan kepada anggota yang sakit tersebut. Para anggota lain terutama yang “buduh” sepertinya tak merasakan kelelahan, mereka memberikan semangat dengan cara yang kocak kepada anggota lain yang kelelahan. Disinilah sebenarnya letak keasyikan dari kemah ini. Disaat kita berjuang bersama teman-teman yang kita selalu ajak baik suka maupun duka. Sesame anggota kami berusaha saling membantu. Prinsip kami disini yaitu “susah senang kita lalui bersama, tak ada kata meninggalkan, karena yang terpenting dari kami adalah bagaimana agar kami semua bisa bersama-sama menaklukan Puncak Abang”.
Kami akhirnya mencapai puncak pertama pada pukul 9.00 WITA, sesampainya disana kami langsung bersembahyang menurut agama masing-masing. Bekal yang kami bawa kami konsumsi sebagian saja karena masih ada dua puncak lagi yang harus kami tempuh dalam perjalanan selanjutnya. Selesai istirahat beberapa menit, kami kembali melanjutkan perjalanan, suatu pemandangan indah terlihat di depan kami. Walau baru puncak pertama, tetapi kami merasakan bagaimana sebetulnya keindahan alam ciptaan-Nya. Tanpa disadari ke-narsisan kami menjadi lupa segalanya, kami pun pun tak sadar bahwa kami sedang berada di atas gunung.
Berikutnya, puncak kedua berhasil kami taklukan dengan selamat. Seperti pada puncak sebelumnya kami pun melakukan persembahyangan di sana. Bedanya disana turun hujan yang mengakibatkan kami semua basah kuyup dan keadaan menjadi semakin dingin. Banyak anggota kami yang mulai mengeluh, namun pak guru kembali memberi semangat agar kami melanjutkan perjuangan kami.
Jalan licin menjadi semakin licin, medan yang tadinya sulit menjadi tambah sulit untuk dilewati. Namun semangat kami tidak patah semudah itu. Kami berusaha saling tolong – menolong saling tarik, saling dorong, terutama anggota Dharmawangsa-Srikandi yang bodinya di atas rata-rata. Berkat perjuangan yang susah payah tersebut akhirnya kami “semua” berhasil sampai di puncak dengan riang gembira. Setelah sembahyang di atas, kami pun merayakan keberhasilan kami. Semua bekal dibuka, ada yang tidur-tiduran, foto-fotoan maupun bercanda ber “buduh-buduhan”. Alangkah bahagianya kami dapat meraih “Puncak Gunung Abang” yang kemudian menjadi “Puncak Kegembiraan”kami di sana.
Alangkah indah ciptaan-Nya yang diberikan kepada semua makhluk di dunia ini untuk dijaga dan dilestarikan adanya, bukan untuk dirusak maupun dieksploitasi oleh kita semua. Karena kita harus ingat bahwa kekayaan alam tidak diberikan kepada kita, namun dititipkan kepada anak cucu kita kelak yang juga akan menikmati indahnya ciptaan-Nya. Dengan melaksanakan pendakian ini, kami atas nama ambalan Dharmawangsa-Srikandi telah belajar banyak dari alam, bahwa alm yang telah memberikan kita semua kehidupan juga butuh kasih sayang dari kita sebagai makhluk tertinggi di bumi ini.
Posted by : Dharmawangsa-Srikandi
yangn "itu" paling narsis dah....
BalasHapushaha,,,
BalasHapusyang paling tak terlupa dalam hidupku!!!!!
by eichan...
BalasHapuskeren keren keren...
koq ga da posting-an baru????
ntar postingin acara takbiran saka bayangkara ya, oce???!!!
Mantaabbbbbzzz..
BalasHapusposting yang baru dung...
BalasHapusudah menanti nie...
Meski aku ngga ikutan extra pramuka, tapi salut banget deh ma kalian karena udah buat blog mengenai extra pilihan kalian....
BalasHapusSemangat yaaaa!
makasi yaa udaw kasi comment,,
BalasHapusposting selanjutnya segera meluncur...
salam pramuka
kenapa gax pernah di update....lagi
BalasHapusby: purna pradana hehe
BalasHapussalam pramuka. . .
gimana nie ambalan kebanggaan kita
kok blognya gax ada update lagi
percuma dong di buat...
post kegiatan baru kalian dong
ayo pengurus-pengurus baru kalian pasti bisa
semangat...